Cerita Gunung 3: Pendakian Gunung Lawu Part 2

Desember 09, 2020


Yey part 2!!!! Kali ini masih bercerita tentang pendakian saya di Lawu. Lama memang saya tidak melanjutkan bercerita tentang pengamanan ini. Namun, saya harap masih ada beberapa pembaca yang ingin mengetahui pengalaman pendakian saya ini. Sebelumnya, saya sudah bercerita perjalanan dari basecamp hingga ke camp. Hari selanjutnya, saya dan teman-teman memang sudah berniat untuk summit. Namun, kami memilih summit agak siang. Kok siang? Kenapa ga summit dari pagi sekali? Sekali lagi saya ingatkan bahwa pendakian bukan sunrise yang jadi tujuan saya dan teman-teman. Kami memilih menikmati momen kebersamaan dan perjalanan kami selama di Lawu. Sebelum summit, kami bersiap untuk mengisi tenaga dengan memasak beberapa makanan, seperti nasi, indomie, nugget, dan tidak lupa susu hangat. Matahari pagi itu sangat menyegarkan sekali hingga membuat mood saya menjadi senang. 




Setelah kami menikmati makanan, kami mulai mempersiapkan bekal selama perjalanan ke puncak Lawu. Makanan ringan, buah, dan air putih sudah kami simpan dalam satu tas. Saya sendiri hanya berbekal tas kecil saja. Barang-barang lainnya, kami simpan di dalam tenda. Perjalanan pun dimulai. Perjalanan kami lakukan dengan santai. Sesekali kami beristirahat, berkumpul dengan pendaki lainnya, atau sekedar mengabadikan momen dengan berfoto. Keluar dari camp area, kami diberikan pemandangan yang membuat kami berdecak kagum akan keindahannya. Ya, Gupak Menjangan. Sebuah lahan terbuka yang berisikan hamparan rerumputan dan sebuah danau kacil. Konon katanya, Gupak Menjangan ini muncul karena masih banyaknya menjangan yang berkeliaran di daerah ini. Itu dulu, sekrang hanya beberapa menjangan yang muncul dan itu pun di sore atau malam hari. Danau yang ada di sini merupakan kehidupan bagi para menjangan loh. 



Berjalan ke atas lagi, kami pun sampai di Pasar Dieng yang tempatnya ga kalah tenar dari Warung Mbo Yem. Siapa yang tidak tahu dengan Pasar Dieng ini? Tempat yang terkenal akan unsur mistisnya. Pasar Dieng ini juga dikenal sebagai pasar setan. Banyak yang bilang aktivitas yang berbau mistis di gunung ini berpusat di Pasar Dieng. Saat sampai di sini, Pasar Dieng memang memiliki aura yang berbeda. Hamparan bebatuan sangat mendominasi di tempat ini. Selain itu beberapa garis kuning terlihat di tempat ini sebagai penanda jalan yang diberikan garis kuning merupakan daerah terlarang. Beberapa orang katanya melakukan sembahayang di sini. Jadi, Pasar Dieng juga dijadikan tempat beribadah, tidak heran beberapa sesajen dan dupa terlihat di sudut tempat ini. Pasar Dieng memang begitu terkenal dengan cerita mistisnya, tapi bukan berarti kita harus takut untuk melewatinya. Selagi kita memiliki niat baik dan berjalan dengan sopan, insyallah Allah Swt., akan melindungi kita. Di mana pun kita berada, kita harus mengikuti etika yang berlaku. Tidak boleh sembrono atau berniat jahat pada sesuatu. Niat baik akan menghasilkan sesuatu yang baik juga. Selagi kita yakin pada Allah Swt., kita akan selalu berada di lindungan-Nya. Aamiin Yra.Setelah Pasar Dieng, kami masih terus berjalan ke atas. Perjalanan pun semakin terasa berat untuk menuju ke puncak. Medan yang begitu curam dan akar-akar di tanah kita lewati sekuat tenaga. Walaupun sedikit lelah, kami pun sampai di area yang cukup terkenal di Lawu. Kami tidak langsung menuju tempat tersebut. Kami terus berjalan ke puncak karena kami memiliki rencana ke tempat tersebut setelah dari puncak. Ha ini kami pilih agar tidak terlalu siang ketika sampai di puncak. Cuaca menjadi alasan kami karena di puncak cuaca tidak dapat diprediksi. Kami pun menghidari kabut yang memungkin muncul. Perjalanan menuju puncak terasa semakin melelahkan, bahkan saya merasa mengantuk selama perjalanan. Beberapa kali saya selalu diingatkan untuk tetap terjaga agar tidak ketiduran. 


Kurang lebih satu jam setengah kami pun sampai di puncak. Hal pertama yang saya lakukan adalah istirahat dengan meluruskan kaki dna memejamkan mata karena rasa ngantuk yang tak tertahankan. Namun, teman-teman memanggil saya untuk mengabadikan beberapa momen. Hanya butuh waktu sekitar 10 menitan, saya beranjak dari tempat. Saya langsung berjalan ke ujung puncak. Masyallah, nikmat mana lagi yang kamu dustakan ketika melihat pemandangan yang begitu indah ini. Momen ini menjadi hal yang paling berkesan ketika melakukan pendakian. Duduk di puncak sembari menikmati angin puncak yang begitu menyejukan. Tidak ada beban yang aku ingat selama itu.



Cukup lama berdiam di puncak, kami pun mulai beranjak. Apalagi kabut sudah mulai turun. Kami pun berjalan turun. Kali ini tujuan kami adalah bersitirahat di Warung Mbok Yem yang legendaris. Warung tertinggi di Indonesia. Namun, perjalanan turun kami ditemani dengan rintik hujan sehingga kami harus berjalan cepat. Kami bahkan sempat memotong jalan agar kami lebih cepat sampai ke warung sebelum hujan semakin besar. Akhirnya kami pun sampai di Warung Mbok Yem. Saat itu juga pun hujan turun begitu deras sekali. Sembari menunggu hujan reda dan waktu sudah siang, kami pun memesan nasi pecel di sini. Tidak lupa, kami pun berfoto dengan Mbok Yem :) Setelah makan, kami beristirahat lagi karena hujan masih deras. Bersama dengan pendaki-pendaki lainnya, kami beristirahat di sebuah temat yang sudah dibuat khusus untuk istirahat para pendaki. Walaupun di luar hujan deras, di dalam warung terasa begitu hangat sekali. Hal itu membuat saya kembali mengantuk. Saya pun tertidur hingga hujan mulai reda. Setelah hujan mereda, kami bergegas keluar warung. Kami melanjutkan perjalanan ke tenda kami. Sesampainya di tenda, kami kembali istirahat sejenak sebelum memulai untuk perjalanan turun ke basecamp


Kebetulan saat itu, ada pendaki lain juga yang akan turun. Kami pun sesekali berbicara bahkan kami disuguhi minuman hangat. Inilah yang saya suka ketika melakukan pendakian. Walaupun kita berbeda suku, asal, dan tidak saling mengenal, kami saling menyatu satu sama lain. Tanpa sadar seperti saudara sendiri. Selesai merapihkan peralatan dan bersiap untuk turun, kami pamit dengan rombongan tersebut karena mereka masih menunggu temannya yang masih di atas. Kami pun turun duluan sekitar pukul 17.00 WIB. Waktu yang cukup sore yah. Ini adalah pendakian gunung pertama kalinya bagi saya di malam hari. Sebelumnya saya tidak akan terpikirkan untuk melakukan pendakian malam. Namun, rencana hanyalah rencana. Tepat pukul 00.30 WIB, kami baru sampai di basecamp


Nah, perjalanan turun ini yang sungguh membuat saya gigit jari loh. Kondisi tubuh yang lelah membuat saya sedikit kewalahan membawa carrier. Sejak turun dari pos 3, perasaan dan pikiran saya sudah tidak karuan. Apalagi sejak turun dari pos 2. Saya yang sudah kewalahan saja sampai tidak sadar sudah melewati pos 1. Puncaknya saat perjalanan dari pos 2 turun ke bawah. Spenajang jalan dari pos 2 dan pos 1, telinga saya selalu ditemani dnegan alunan gamelan. Awalnya saya pikir memang ada hajatan, saya tidak terlalu memikirkan hal aneh. Saya yang melihat lampu perkampungan terasa dekat menjadi alasan saya tidak begitu menghiraukannya. Suaranya memang kadang muncul kadang tidak, entah memang begitu atau memang saat itu saya sudah tidak fokus. Dua teman saya yang melihat saya berjalan dari belakang selalu menganjurkan saya untuk melepaskan carrier. Kata teman saya, kaki saya sudah tidak beraturan jalannya. Saya sudah berjalan tidak beraturan. Saya yang bersikeras menahan beratnya kaki saya tetap memgang carrier hingga di pos 1 akhirnya saya menyerah. Satu teman saya akhirnya membawa carrier saya. Padahal posisi carrier saya tidak seberat ketika naik loh. Justru carrier terasa berat sekali saat perjalanan turun. Bahkan kaki saya beratnya minta ampun. Padahal biasanya perjalanan turun terasa lebih ringan, tap saat itu berbeda dari biasanya. Bahkan ketika sampai di Candhi Cetho, saya dan dua teman saya tidak saling berbicara. Suasana yang hening saat itu membuat saya untuk tetap memfokuskan pikiran saya. Bahkan saya selalu menunduk ke bawah. Itulah perasaan saya ketika turun dari Lawu. 


Pengalaman yang aneh dan pertama kalinya saat pendakian gunung. Semoga bukan hal yang buruk. Pokoknya, selama pendakian kita harus yakin pada diri sendiri dan Allah Swt. Jangan lupa luruskan niat baik kita. Sesungguhnya yang kita cari di gunung adalah ketenangan dan kenikmatan alam semata bukan ingin merusak atau menantang apapun yang ada di sana. Semoga cerita ini dapat menghibur dan membantu kalian yang akan melakukan pendakian. Ketika melakukan pendakian, jagalah alam seperti kamu menjaga dirimu sendiri. Salam pendaki :)

You Might Also Like

2 comments

  1. Keren banget kak dah selesai mendaki gunung! Aku juga pingin banget. Bukan cuman masalah keren dan buat foto2. Tapi pengalaman nya itu yang luar biasa. Semoga masih bisa dikasih kesempatan untuk naik gunung dan belajar bnyk hal! Ah jadi pingin banget��

    Btw itu ceritanya agak mistis2 ya kak, untung nggak kenapa2 pas turun nya ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terima kasih sudah mampir dan membaca. Didoakan yah semoga bisa mendaki gunung jga :)

      Ya sedikit mistis yah soalnya pengalaman pertama seperti itu saat mendaki. Alhamdulillah juga selamat sampai bawah yah.

      Hapus

Like us on Facebook