Menjelajah Pulau Tidung

Februari 08, 2015

Perjalanan ini juga bukanlah backpacker melainkan tugas peneltian dari mata kuliah pragmatik dan sosiolinguistik. Asal tahu saja sih sebelum tugas penelitian ini saya dan beberapa teman kelas sudah  merencanakan berlibur ke Tidung. Beberapa minggu sebelum keberangkatan ternyata tugas penilitian ini datang. Alhasil backpacker pun dibatalkan. Langsung saja ke perjalanannya. Perjalanan ini dlakukan dari Bandung dengan menggunakan bis yang bertujuan ke Muara Angke. Seperti biasa keterlambatan sempat terjadi.

Suasana di Perahu
Sesampainya di Muara Angke, buset dah bau amis ikan dimana-mana. Namanya juga tempat pelelangan ikan maklumin aja kalau ke sini mencium bau-bau aneh. Selanjutnya, kami langsung menuju kapal nelayan. Selama 3 jam terombang-ambing di atas ombak, betapa muaknya melihat air di mana-mana. Untung saja ada UNO. Saya dan teman lainnya menghabiskan waktu dengan bermain UNO. Ternyata main UNO saja tidak cukup, saya pun memutuskan berhenti lebih cepat dan memilih tidur.


Akhirnya sampai juga di Pulau Tidung. Sedih melihat sekeliling Pulau Tidung ini yang begitu kotor. Sampah begitu banyak mengambang air di laut dan di sekitaran pulau. Sungguh miris melihatnya. Oke lanjut. Ternyata di daratan Pulau Tidung makanan sudah menunggu. Sebelum melakukan penelitian dan bermain ada baiknya saya mengisi perut terlebih dahulu. Selanjutnya barulah saya beristirahat sejenak dan membereskan barang-barang saya di homestay. Sorenya barulah saya mengunjungi lantai Tidung. Karena pantainya cukup jauh disarankan gunakan sepeda. Dengan menggunakan sepeda kita pun bisa berkeliling seisi Tidung.


Sesalnya perjalanan begitu terasa jauh dan sangat melelahkan. Mencari di mana pantai merasa tidak sabar ingin bertemu birunya laut. Tapi, jangan salah sepanjang perjalanan kalian pasti akan disuguhi pemandangan yang tak kalah keren. Sebelum bertemu birunya laut Tidung. Ketika berjalan dengan sepeda kita akan bertemu pantai yang begitu tenang. Hanya saja pantai ini tidak terurus menyebabkan beberapa sampah atau pohon-pohon mati banyak diabaikan.


Ketika melihat gerbang maksud Pantai Tidung saat itulah semangat untuk mengayuh sepeda semakin kencang. Sepeda tidak bisa masuk ke dalam jadi harus disimpan di parkiran khusus sepeda dengan harga 2rb. Belum keren kalau belum selfi. SMILE!!!


Pantainya benar-benar biru. Pasirnya juga putih. Cuacanya panaaaaaas sekaliii. Iyalah kedatangan saya dan teman-teman ke sini sekitar jam 2an membuat sinar matahari bebas menyengat ke muka kami. Tapi apalah panasnya matahari jika mata disuguhi pemandangan yang sangat begitu indah. Surga duniawi.


Di Tidung juga menyediakan banyak olahraga air. Bagi yang suka tantangan dan uji nyali silahkan di coba yah. Lumayan menghibur hati yang kosong*eh.


Jangan lupakan ikon terenting dari Pulau Tidung. Pasti sudah tahu semuanyakan. Jembatan cinta. Entah apa asal-usulnya yang jelas memang namanya jembatan cinta. Ikon yang akan membuat beberapa pasangan merasa berada di tempat yang paling romantis*mungkin.


Hari itu pun ditutup dengan indahnya sunset di Pulau Tidung. Walaupun keadannya sedikit mendung tapi nyatanya view sunset di sini yang paling juara deh. Lokasi suset ini tepat berada di depan penginapan. Senangnya trip kali ini. Terima kasih teman-teman. Love ya!

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook