Cerita Gunung 2: Puncak Gunung Prau

April 26, 2017


Hai.. Hai.. Akhirnya kembali menulis blog. Kali ini kembalinya saya membawa cerita perjalanan dari Wonosobo, Jawa Tengah. Yaaah lebih tepatnya ke Gunung Prau. Awal mula cerita hingga saya muncak (kembali) ke Gunung Prau karna salah satu temen ada yang mengajak mendaki gunung. Saya kira hanya omong kosong belaka, tapi ternyata benar saja. Saat itu, tiga minggu sebelum hari eksekusi. Saya pun mulai olahraga dan mempersiapkan alat-alat mendaki. INGAT yah wajib bagi para pendaki untuk melakukan olahraga atau persiapan fisik guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat mendaki. Sedih loh ketika kita harus turun sebelum sampai puncak, sedangkan yang lain tetap melanjutkan ke puncak. Maka dari itu, persiapkan fisik sebaik-baiknya. Nah selama seminggu saya melakukan olahraga kecil dan sederhana, seperti lari, tenis, dan jalan jauh. Sisa waktu yang kosongnya saya isi dengan menyiapkan peralatan mendaki, seperti tas, sepatu, jaket, makanan, minuman, dan sebagainya.

Akhirnya hari keberangkatan pun tiba. Perjalanan terbagi mejadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama dari Bandung, dan kelompok kedua dari Yogyakarta. Tentu saja saya ada di kelompok pertama, Bandung, bersama tiga orang teman lainnya. Kami berempat (dengan saya) berangkat dari Terminal Caheum. Ada dua kendaraan yang bisa kami naiki untuk ke Wonosobo, yaitu Bus Budiman dan Bus Sinar Jaya. Hanya saja saat itu kami tertinggal beberapa menit saja oleh Bus Budiman. Jadi, kami pun harus pasrah menerima Bu Sinar Jaya. Ternyata di dalam bus tidak hana kami yang juga mendaki Gunung Prau. Ada satu kelompok jga yang berniat sama dengan kami untuk mendaki Gunung Prau. Perjalanan menuju Wonosobo pun di mulai. Demi kelancaran dan kenyenyakan tidur, saya minum antimo yang ampuh untuk membuat tidur nyenyak. Benar saja, saya terbangun tepat saat bus sampai di Terminal Mendolo, Wonosobo.

Kami sampai di terminal sekitar pukul 04.00. Karna waktu masih pagi sekali, kami pun shalat terlebih dahulu dan kembali packing atau menata ulang isi tas kami lagi. Selesai itu, kami mencari sarapan sebelum beranjak ke Dieng. Ditemani gorengan dan teh manis hangat, suasana terminal yang sepi begitu sejuk. Awan mendung pun sangat mendukung kesejukan saat itu. Bahkan gerimis pun sempat turun membuat badan kami semakin menggigil. Selesai dengan  urusan perut, kami mulai melanjutkan perjalanan ke Dieng. Jangan khawatir untuk kendaraan menuju Dieng, di sini bagi para pendaki tidak asing dengan bis mini atau kopayu yang dapat mengangkut penumpang hingga ke Dieng. Cukup membayar 20-25rbu/orang saja, penumpang akan diantar sampai ke Dieng. Kebetulan saat itu yang naik para pendaki semua, alhasil penuh dengan carrier. Butuh waktu satu jam untuk sampai ke base camp, tapi jangan khawatir karna mata kalian akan dimanjakan dnegn apemandangan beberapa gunung dan pemandangan sawah yang begitu indah. Oh iya penumpang juga akan diajak melewati keindahan pusat Kota Wonosobo.


Sampailah kami di base camp. Sebuah rumah warga dengan rumah makan dan toko oleh-oleh khas Dieng. Senangnya di sini karena emilik rumah sangat bai menyediakan beberapa kamar dan ruangan untuk para pendaki bersitirahat baik sesudah ataupun sebelum mendaki ke puncak Gunung Prau. Saya dan teman-teman lainnya memilih beristirahat lebih lama. Sekitar pukul 12.00 barulah kami mendaki Gunung Prau. Memang benar yang dikatakan teman saya sebelumnya bahwa Gunung Prau memang lebih rendah dari Gunung Papandayan. Namun, medan yang harus dijalani lebih berat karena kemiringan yang lebih miring dibandingkan Gunung Papandayan. Untuk mencapai puncak, kami harus melewati tiga pos. Menuju pos pertama tidak begitu sulit bahkan kami sangat menikmatinya. Selama perjalanan  kami disuguhkan pemandangan yang mana dapat melihat daerah Dieng dan danau berwarna. Berlanjut menuu ke pos dua, selama perjalanan kami pun sering melewati beberapa warung. Hingga kami pun tergoda dengan salah satu warung karena menyajikan semangka. Ada cerita lucu selama perjalanan ini. Kami berempat, tiga perempuan, dan satu orang laki-laki, lebih banyak istirahat ketika melihat warung. Merasa kesal dengan kami yang lambat, teman saya yang laki-laki berinisiatif membeli banyak semangka. Dengan itu dirasa memberikan semangat untuk kami. Benar saja hingga sampai ke pos tiga kami baru istirahat, tentu saja untuk menikmati semangka yang sudah dibekali teman saya itu. Perjalanan dari pos tiga menuju puncak merupakan yang tersulit. Medan sudah semakin miring dan mananjak sekali. Belum lagi jalanan yang licin terkadang menyulitkan kami. Walaupun medan sulit tetap saja tidak menghentikan semangat kami hingga puncak.


Di Gunung Prau, tenda dibuat tepat di atas puncak sehingga sunrise dapat kita nikmati langsung ketika membuka tenda. Sesampainya di puncak, kami mulai menata tenda, masak, beres-beres tenda. Malamnya kami masi berempat, teman-teman yang menyusul dari Yogyakarta belum sampai. Direncanakan mereka yang menyusul akan sampai ketika sunrise muncul juga hehehe. Mengisi malam di tenda, kami bermain kartu uno dengan hukumannya siapapun yang kalah akan dicoret dengan lipstik merah.


Pagi pun telah datang, kami bersiap untuk menyambut sunrise. Subhanallah keindahan yang luar biasa sekali. Indahnya kuasa Allah Swt., memang di luar kemampuan manusia. Menikmati pemadangan yang begitu indah melupakan saya untuk mengabadikan sunrise hehehe. Walaupun begitu saya sempat melakukan selfie dong. Oh iya dari puncak Gunung Prau ini bisa kita lihat beberapa gunung-gunung yang ada di sekitarnya. Bahkan Gunung Merapi pun terlihat walaupun hanya puncaknya saja karena semakin siang kabut semakin menutupi keindahan dari puncak Gunung Prau. Pendakian ini menjadi pengalaman kedua saya dan tidak akan terlupakan.

You Might Also Like

1 comments

  1. Terimakasih infonya, sangat bermanfaat, mampir ke Jual Celana Boxer, semoga saling menginspirasi

    BalasHapus

Like us on Facebook