Kuliah S2, Kerja, atau Menikah?

Februari 08, 2017


"Kuliah S2 atau menikah dulu?" 

kurang lebih seperti itulah kalimat yang sering terdengar dalam salah satu iklan produk kecantikan. Bercerita tentang seorang perempuan yang dilema memilih untuk melanjutkan kuliah atau menikah. Pada akhirnya pilihan perempuan tersebut adalah melanjutkan kuliah sebelum menikah. Itulah yang sempat saya hadapi beberapa bulan sebelum dan sesudah wisuda. Hanya sedikit berbeda karna saya dituntut memilih di tiga pilihan, yaitu melanjutkan kuliah, kerja, atau menikah? Kalau di suruh pilih tentu saya akan memilih melanjutkan kuliah. Kenapa? Karena menurut saya pendidikan itu sangat penting. Walaupun kita perempuan tetap saja penting, pendidikan tidak memandang gender. Lalu kenapa tidak memilih kerja? Kalau ditanya ingin kerja ga? Tentu aja ingin sekali. Saya mendapatkan uang dengan jerih payah sendiri. Kalau bisa malah memberikan gaji pertama ke orang tua. Setiap pekerjaan memiliki tingkat masing-masing dan saya tidak ingin stuck di situ aja. Makanya dengan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi diharapkan mampu memberikan tingkat yang lebih baik dari sebelumnya. Belum lagi kebijakan emerintah yang selalu berubah. Langkah ini bisa disebut sebagai persiapan menghadapi kebijakan-kebijakan baru nanti. Menikah? Ini dia masalah terbesarnya. Pilih menikah bagi yang sudah ada calon, macem jombs kaya saya ini jangan coba untuk meminta menikah yah hahaha. Kasihan orang tua mencari jodoh kesana dan sini.

Sebenarnya kalau boleh dibilang, sejak awal kuliah S1 memang sudah memiliki niat untuk melanjutkan kuliah ke S2. Namun, menjelang pelaksanaanya ada beberapa perasaan negatif yang menuntut saya untuk menyerah dan putus asa. Sebelum pendaftaran S2, beberapa kali saya sudah mengikuti tes kerja. Sayang sekali pekerjaan yang saya inginkan tidak ada satu pun yang lolos. Mungkin karna setengah hati ingin bekerja dan tuntut orang tua yang hanya memperbolehkan menjadi seorang guru. Yah mungkin belum rezekinya di situ. Beralih dari lamaran kerja tersebut, saya juga mencoba memberikan lamaran pekerjaan di beberapa sekolah yang berakhir menjadi sebuah penolakan (lagi). Sempet berada di titik yang benar-benar menyerah dan putus asa sekali. Karna saya merasa tidak berguna.Sejak saat itu munculah tekad bulat untuk melanjutkan kuliah. Beberapa PTN sudah saya pilih untuk melanjutkan kuliah. 

Jadilah sekarang saya melanjutkan kuliah S2. Masih sama seperti sebelumnya, saya melanjutkan kuliah di jurusan yang sama seperti S1. Alhamdulillah saya sudah berjalan satu semester dan sekarang baru masuk ke semester dua. Perkuliahan di pascasarjana tidak jauh berbeda seperti perkuliahan S1. Masih dengan metode ceramah, slide powerpoint, tugas kelompok/individu, dan presentasi. Melanjutkan kuliah ini membuat saya merasakan bahagia dan sedih menjadi satu. Yah bahagianya saya bisa diterima dan kuliah kembali. Sedihnya, saya kembali merepotkan orang tua dengan uang kuliah, jajan bulanan, dan kosan. Oleh karena itu, saya mecoba kuliah sambil bekerja dengan mengajar di salah satu bimbel. gajinya memang tidak seberapa, tapi saya bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung.

"Hebat yah kuliah lagi!"

"Kuliah lagi? Engga pusing, Pi?"

"Udah capek kuliah, mendingan nikah aja deh!"

"Buat apa kuliah? Toh akhirnya perempuan di dapur juga."

Ada diantara mereka yang memuji, meremehkan, bahkan mempertanyakan keputusan ini. Saya sebagai seorang anak yang dituntut untuk mengutamakan pendidikan, tidak tau apalagi yang saya lakukan selain belajar. Walaupun saya malas belajar bukan berarti mengesampingkan pendidikan. Tentu saja dengan usaha keras demi mencapai apa yang dinginkan. Bisa atau tidak bisa, yah harus dihadapi. Pusing dengan kuliah, jelas! Namun, itu risiko. Ada yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dan lebih baik dari sekarang. berpikir bahwa perempuan berakhir di dapur tentu saja bukan masalah. Itulah tugas perempuan sesungguhnya. Perempuan tentu dapat berkuliah, tapi tanpa melupakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Namun, menjadi seorang ibu tentu bukanlah hal yang mudah. Itulah gunanya endidikan bagi seorang ibu. Kehadiran ibu bisa menjadi motivasi anak dalam meraih pendidikan yang lebih dari orang tuanya, terutama ibu. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi seorang ibu,karena pendidikan yang tinggi dapat mendidik seorang anak memiliki karakter yang baik dan kecerdasan otak.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook