Liburan dan Kulineran di Kota Semarang

Maret 24, 2020


Semarang lagi? Ini orang ga ada bosennya apa main ke Semarang? Apa ga ada cerita lain selain Semarang? Apa ga ada lagi tempat selain Semarang? Udah pernah ke Semarang sebelumnya, kok malah ke sini lagi. Sebenarnya perjalanan atau liburan itu bukan masalah destinasinya, tetapi cerita perjalanannya. Ini mungkin tempat yang sama, tetapi ada cerita perjalanan yang berbeda dari perjalanan Semarang sebelumnya. Teman-teman pembaca yang sudah membaca perjalananku ke Semarang mungkin tahu betul kalau saya melakukan solo backpacker atau perjalanan seorang diri. Kali ini berbeda. Perjalanan kali ini, saya akan melakukan liburan bersama teman saya.

Sebelum saya melakukan perjalanan solo backpacker ke Semarang, saya sudah merencanakan liburan ini lebih dulu dengan teman-teman. Sudah saya katakan di cerita sebelumnya kenapa akahirnya saya memutuskan solo backpacker. Nah, saat itu temenku mengajak untuk liburan kebetulan saya sudah pernah ke Semarang. Saya menawarkan Semarang sebagai destinasi liburan kami. Setelah kami sepekat, kami mulai mencari informasi tempat wisata hingga kulineran yang ada di Semarang. Karena saya sudah pernah ke sini, saya pun tidak kebingungan lagi untuk menentukan wisata apa yang mesti kami kunjungi. Perjalanan kami lakukan dari Stasiun Prujakan Cirebon. Kali ini perjalanan terasa lebih hidup karena saya memiliki teman berbicara. Kami pun sempat beberapa kali menentukan kuliner apa saja yang akan kami datangi. Sesampainya Stasiun Poncol, kami menunggu jasa penyewaan motor. Kami sudah memesan jasa penyewa motor dari instagram. Teman-teman yang ingin menyewa motor bisa mencarinya melalui instagram.


Setelah itu, kami langsung menuju ke destinasi pertama, yaitu Brown Canyon. rown Canyon Semarang merupakan tempat penambangan pasir yang ada di Kabupaten Semarang. Menurutku cukup jauh dari pusat kota sehingga membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk sampai. Menurut Wikipedia nih:
Di Indonesia, Brown Canyon adalah sebuah bekas penambangan tanah di MetesehTembalangSemarang. Lokasi ini menjadi salah satu lokasi (bukan tempat wisata) yang populer di Semarang dan dianggap mirip dengan Grand Canyon di Amerika Serikat. Kemiripan ini terletak pada bukit-bukit yang berubah menjadi tebing-tebing curam
Berdasarkan foto-foto dari media sosial memang sangat bagus sekali. Ekspektasi kami begitu tinggi mengenai tempat ini. Namun, ada penyesalan yang kami rasakan. Pertama, lokasi yang sangat jauh dan kami kaum-kaum perempuan sempat menyerah karena medannya sangat berpasir sekali. Kedua, waktu yang kita pilih di tengah hari sehinngga menyebabkan muka kita gosong. Ketiga, ternyata tempat ini adalah bekas penambnagan bukan tempat wisata yang dikelola oleh pemerintah. Jadi, bagi teman-teman pembaca yang ingin ke sini harap memperhatikan waktu, kendaraan, dan stamina kalian untuk ke sini.


Setelah Brown Canyon, kami melanjutkan ke Candi Gedong Songo yang masih sejalan. Menurut Wikipedia tentanng Candi Gedong Songo:
Candi Gedong Songo (bahasa Jawaꦕꦤ꧀ꦝꦶ​ꦒꦼꦝꦺꦴꦁ​ꦱꦔtranslit. Candhi Gedhong Sanga) adalah nama sebuah kompleks bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa CandiKecamatan BandunganKabupaten SemarangJawa TengahIndonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara di sini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi sembilan candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Selain itu, objek wisata ini juga dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda.
Setelah kami membayar tiket masuk, pemandangan candi pertama sudah terlihat. Candi pertama ini tidak jauh dari loket sehingga suasana sangat ramai sekali. Selain itu ada taman untuk pengunjung bersantai dan bercengkrama dengan keluarga. Bukan hanya itu saja, di sini juga ada wisata lain yang instagramable, yaitu Ayanaz. Namun, saya tidak mengunjungi tempat ini. Pengunjung yang ingin masuk ke Ayanaz akan dikenakan biaya yang berbeda dengan loket masuk Candi Gedong Songo. Persiapkan uang tambahan untuk masuk ke sini yah. Kami pun melanjutkan perjalan untuk melihat candi lainnya. Kami hanya sanggup hingga ke candi ketiga. Badan yang lelah dan jalanan yang semakin menanjak menjadi faktor penyebab kami tidak sanggup lagi berjalan. Setelah melihat candi ketiga, kami kembali turun dan melihat adanya wahana lain. Ada sebuh taman buatan dengan dekorasi mengundang pengunjung karena instagramable. Puas mengabadikan momen, kami melanjutkan perjalanan kami ke penginapan. Kami menginap di hotel yang berkonsep backpacker, yaitu The Capsule Gajahmada. Teman-teman pembaca yang ingin tahu review-nya silahkan baca di sini yah: https://ceritadgp.blogspot.com/2020/01/review-hotel-capsule-gajahmada.html


Sesampainya di penginapan, kami mulai membersihkan diri dan mengistirahatkan badan setelah bermain dengan pasir dan asap. Muka sudah penuh dengan debu-debu bekas perjalanan. Selesai dengan kedua kegiatan itu, kami megelilingi kota sekaligus mencari makan malam. Simpang Lima Semarang menjadi pilihan kami untuk makan malam. Di daerah ini banyak sekali foodcourt yang berjejer menyajikan berbagai makanan dan minuman khas Semarang. Kami memilih makanan gudeg dan opor ayam. Kenyang setelah menikmati makan malam, kami melanjutkan kulineran selanjutnya. Jajan! Waktunya kami jajan khas makanan Semarang nih, yaitu pisang plenet. Saya sudah mencari pisang plenet yang menjadi inceran wisatawan. Nah ini ada Pisang Plenet Khas Semarang Pak Subandi. Ini bukan tempat makan seperti yang kalian bayangkan. Pisang plenet milik Pak Subandi ini berupa gerobak sedang. Keberadaannya juga ada di pinggir jalan dekat hotel. Boleh cek Google Maps kok. Jangan takut bertanya dengan Bapaknya soalnya ramah banget. Sesekali kami diajak bercanda. kata Bapaknya, "udah biasa kalau ada pembeli yang minta poto (seperti saya) jadi dah biasa jadi artis." begitulah katanya sembari tertawa kecil. Pisang plenet ini jajanan pisang yang ditekan-tekan kemudian dibakar. Setelah dibakar, pisang akan diberikan rasa dengan varian kacang dan coklat. Enaaaaak banget loh!


Pagi harinya, kami sudah bersiap menuju Lawang Sewu. Siapa yang tidak tahu tempat bersejarah yang terkenal dengan keindahan kolonialnya? Siapa pula yang tidak tahu tempat dengan keunikan jumlah pintunya ini? Siapa pula yang tidak tahu tentang cerita horor di balik keindahannya? Tenang! Bukan cerita horor yang akan saya ceritakan di sini. Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia artinya  pintu seribu. Berdasarkan namanya tempat ini memiliki pintu dnegan jumlah seribu. Kebenarannya bagaimana? Saya juga kurang tahu mengenai kebenarannya karena saya juga tidak menghitungnya. Barangkali memang sudah ada yang pernah menghitungnya coba komen di bawah yaaaah! ^_^





Dua kali ke tempat ini, saya akan bercerita tentang keindahan tempat ini. Harus kalian tahu bahwa tempat ini ternyata sudah menjadi bagian dari PT KAI Persero sebagai museum kereta api. Tidak heran kalau ada gerbong kereta yang terpajang di bagian depan gedung ini. Selain itu, ada mozaik yang sangat terkenal dan memiliki filosofi yang kuat. Mozaik ini sudah ada sejak zaman kolonial. Jika kalian ke sini di waktu yang tempat kalian akan melihat keindahan warna-warna mozaik tersebut. Di gedung lainya kalian akan melihat benda-benda yang berhubungan dengan kereta api. Sebelum menuju ke pintu keluar, ada perpustakaan yang disediakan oleh tempat ini. Jadi, tempat ini merupakan wisata edukasi yang sangat penting bagi anak-anak.


Lelah mengelilingi Lawang Sewu, saatnya makan. Waktu sudah menunjukan waktu makan siang dan cacing perut sudah mulai demo minta dikasih makan. Nah makan siang kali ini kami memilih untuk makan garang asam dan tahu gimbal. Dimana? Oh tenang dulu, kami akan menuju tempat makan yang sudah direkomendasikan oleh food vlogger, Nex Carlos. Dulu pertama kali ke Semarang, saya pertama kali makan tahu gimbal ini di dekat Unnes. Berhubung jauh, saya memilih tahu gimbal yang telah di-review Nex Carlos, yaitu  Lontong Tahu Blora Mas Aris. Walaupun namanya lontong tahu, di sini menyajikan makanan khas Semarang kok. Saya memilih makan tahu gimbal, sedangkan teman saya memilih garang asam. Wah enaaaklah pokoknya. Selesai makan, kami pun melanjutkan mencari cemilan yang sangat terkenal sekaliiiiiii. Selain enak dan unik, cemilan ini memiliki pengunjung yang sangat panjang. Kalian yang mau nyobain ini harus sabar mengantre yah. Apaan sih? Ini loh Lekker Paimo yang hitsnya kemana-mana. Apa sih yang membuat enak? Jenis makanannya, lekker. Sekarang jarang sekali ditemukan makanan jenis ini. Lalu rasanya, di sini menyediakan banyak varian yang mengikuti zaman, misalnya matcah, nutela, dan lainnya. Kalau ke sini ga cukup hanya beli satu atau dua, harus borong. kalau bisa beli semua variannya satu per satu yah.


Kami melanjutkan perjalan ke Klenteng Sam Po Kong. Klenteng ini merupakan klenteng bersejarah bagi penganutnya. Hal itu berhubungan dengan Laksamana Cheng Ho yang dulu pernah mendatangi Semarang. Klenteng ini bisa dikunjungi saat pagi dan sore hari. Walaupun ini tempat ibadah nonmuslim, muslim pun diperbolehkan untuk mengunjungi klenteng ini asalkan saling menghormati. Beberapa pengunjung yang ke sini selain untuk beribadah, ada juga untuk berfoto atau berwisata sejarah. Kami tidak terlalu lama di tempat ini. Karena waktu sudah semakin sore, kami melanjutkan ke Masjid Agung Jawa Tengah. Kami solat, cuci muka, dan istirahat beberapa jam di sini. Oh ya, masjid ini tidak buka 24 jam. Setelah solat isya selesai, masjid akan ditutup. Namun, jangan takut karena di pelataran masjid yang terkenal seperti Masjid Nabawi ini masih terbuka selama 24 jam. Beberapa orang masih banyak yang bersantai bahkan menikmati malam di masjid ini. Ketika semua aktivitas sudah selesai, kami pun bersiap pulang.


Sebelum melanjutkan ke stasiun, kami mengisi perut terlebih dahulu. Karena waktunya makan malam, kami mencari tempat makan. Nah kami memilih sekitaran Kota Tua Semarang untuk makan malam. Di sini katanya ada nasi goreng babat yang cukup terkenal sekali. Bahkan untuk makan di sini saja pengunjung harus sabar karena antrean yang begitu panjang. Selain nasi goreng, di tempat ini juga memiliki berbagai varian menu dengan babat sebagai menu utamanya. Nasi goreng babat, mie goreng babat, bahkan soto babat pun ada kok di sini. Setelah kenyang mengisi perut, kami tidak langsung ke stasiun. Masih ada banyak waktu, kami mampir sebentar ke Spiegel Bar & Resto yang ada di daerah Kota Tua Semarang. Sembari menghabiskan waktu, kami nongkrong-nongkrong cantik dulu.Kami langsung pergi menuju Stasiun Tawang. Kami kembali ke Cirebon dengan sehat dan selamat. Itulah perjalan saya dan teman. Semoga memberi hiburan dan petunjuk untuk kalian yang akan atau ingin ke Semarang. Semoga bermanfaat dan selamat liburan!

You Might Also Like

4 comments

  1. kangen jalan-jalan. Covid19 cepat lah berlalu :(

    BalasHapus
  2. kangen semarang..tahu gimbal deket tugu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah dulu makan tahu gimbal naik ke daerah Unnes nih.

      Hapus

Like us on Facebook