Penjelajahan di Kota Banyuwangi Asik

Februari 02, 2020


Banyuwangi. Kota yang berada di ujung timur Jawa ini memang terbilang kota yang sangat jauh. Namun, jauhnya jarak kota tersebut akan sebanding dengan wisata alam yang dimilikinya. Ya, kota ini sangat terkenal dengan fenomena langkanya, yaitu blue fire atau api biru di Kawah Ijen. Tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga sangat terkenal di luar negeri. Hal tersebut dikarenakan wisata ini hanya terjadi di dua tempat, satu di antaranya ada di Indonesia, Kota Banyuwangi ini.

Blue Fire atau api biru merupakan fenomena langka di dunia. Api yang berwarna biru ini sangat berbeda dari api biasanya. Selain dari warnanya, keberadaan api biru ini lebih sulit ditemukan di kehidupan sehari-hari. Terbukti dengan keberadaan apa ini yang hanya ada di dua tempat, yaitu Islandia dan Banyuwangi. Setiap orang yang ingin melihat fenomena ini harus memperhatikan jadwalnya juga. Ada jadwal khusus yang harus diperhatikan pengunjung untuk melihat api biru ini. Waktu yang tepat melihat fenomena ini sekitar pukul 03.00 s.d. 04.30. Jadi, pengunjung harus ekstra tenaga untuk melihat fenomena langka ini.

Nah, berhubung Indonesia memiliki fenomena ajaib ini, saya pun sudah berniat untuk mendatangi kota ini dari jauh hari. Namun, waktu dan teman jalan menjadi kendala perjalanan ini. Alhamdulillah di awal tahun ini saya bisa melakukan perjalan ini juga. Itu pun karena tidak sengaja terjadi. Rencana awal, saya dan ketiga teman saya akan melakukan liburan ke Malang. Kami sudah mempersiapkan segalanya, ternyata kendala di tiket. Kami mencari tiket yang memang sangat pas dengan dompet kami agar tidak terlalu menekan pengeluaran. Maklum kami mengusung jalan-jalan dengan pola backpacker. Akhirnya beberapa kali kami ganti hari, kami tidak mendapatkan timet ke Malang. Sekali pun ada hanya tiga tiket yang kami dapatkan. Karena rasa sudah ingin liburan, kami pun mencoba mencari beberapa destinasi lain, mulai dari Pulau Seribu, Lampung, Karimun Jawa, dan Banyuwangi. Sejujurnya, saya sangat menginginkan Banyuwangi sebagai destinasi kami. Saya sedikit memepengaruhi teman-teman untuk datang ke Kawah Ijen dengan alasan belum banyak teman-teman terdekat kami yang sudah mengunjungi tempat tersebut.

Setelah merundingkan destinasi pengganti Malang, kami memutuskan Banyuwangi sebagai destinasi liburan di tahun baru. Hanya saja satu teman kami tidak bisa ikut sehingga kami hanya bertiga untuk liburan ini. Kami pun mulai merombak kembali biaya yang sebelumnya sudah dibuat untuk empat orang menjadi tiga orang. FYI, liburan tahun baru ini adalah liburan pertama dan terjauh. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan liburan di malam tahun baru apalagi di atas puncak gunung. Selain itu, ini adalah destinasi liburan terjauh karena berada di ujung Jawa. Walaupun saya sering sekali ke Malang, ini menjadi liburan terjauh.

Keberangkatan di mulai pada Kamis (30/12/19) menjelang magrib dari stasiun terdekat rumah kami. Karena tidak ada jalur langsung ke Banyuwangi, kami memutuskan transit di Yogyakarta. Kami sampai di Yogyakarta pada Jumat (31/12/19) pukul 01.00 WIB. Kereta tujuan Yogyakarta-Banyuwangi berangkat pukul 07.00. Kami pun beristirahat sejenak dengan makan di McD dan tidur di stasiun. Waktu keberangkatan ke Banyuwangi pun tiba. Kami yang sebelumnya sudah solat, mandi, dan makan mulai bersiap ke dalam kereta. Perjalanan kali ini lebih lama di bandingkan perjalanan sebelumnya. Kurang lebih membutuhkan waktu belasan jam untuk sampai di Stasiun Banyuwangi Kota. Pada pukul 20.00 WIB kami pun sampai di Stasiun Banyuwangi Kota. Kami bergegas ke penginapan yang sudah kami hubungi sebelumnya. Penginapan kami pilih yang terdekat dari stasiun sehingga lebih memudahkan kami untuk istirahat. Penginapan yang kami pilih adalah basecamp layaknya di gunung. Penginapan ini berbeda dari lainnya karena ini berbentuk rumah. Setiap pengunjung menginap di satu rumah, mereka bergabung di rumah tersebut. Pengunjung laki-laki dan perempuan akan dibedakan rumahnya. Jadi, pengunjung tidak perlu khawatir.



Sesampainya di penginapan, saya dan satu teman saya bersiap kembali untuk melakukan perjalanan ke Kawah Ijen. Perjalanan ini kami menggunakan jasa open trip yang sebelumnya sudah saya pesan. Kami mengikuti open trip khusus ke Kawah Ijen dengan biaya 200rb per orang. Penyedia jasa akan menjemput kami karena kami berada di lokasi berdasarkan ketentuan mereka. Tepat pukul 00.00 WIB kami beserta pengunjung lainnya mulai berangkat ke Paltuding. Pos Paltuding inu merupakan titik awal berkumpulnya para pendaki Gunung Ijen. Di sini banyam sekali warung-warung yang menyediakan makanan dan minuman sbg penunjang pendaki sebelum mulai mendaki. Selain itu, pos ini merupakan tempat perkemahan. Bagi pengunjung yang ingin berkemah diperbolehkan memasang tenda di tempat yang telah di sediakan. Setelah itu kami mulai mendaki Gunung Ijen. Perjalanan lumayan menanjak. Namun, kelelahan kami dibayar lunas dengan keindahan Kawah Ijen yang luar biasa. Apalagi kami mendapatkan kesempatan melihat blue fire yang menjari tujuan utama kami. Walaupun blue fire saat itu dalam kondisi kurang maksimal, kamu masih sempat lihat sedikit blue fire.

Setelah dari Ijen, masih dengan open trip yang sama kami melanjutkan perjalanan ke air terjun Jagir. Air terjun ini jaraknya tidak jauh dari Kawah Ijen. Maka dari itu, air terjun ini menjadi destinasi opsional open trip ini. Setelah puas menikmati air terjun, kami kembali untuk pulang ke penginapan masing-masing. Sesampainya di penginapan, kami mulai membersihkan diri dan beristirahat. Cuaca hujan membuat kita tidak bisa menjelajahi lagi. Malam harinya, kami mulai mengelilingi Kota Banyuwangi sembari mencari makanan. Kami berkeliling kota melihat situasi. Kami pun sekali singgah di taman kota dan makan soto di dekatnya. Setelah kenyang, kami kembali ke penginapan untuk mengisi kembali energi.


Keesokan paginya, kami kembali bersiap diri untuk melanjutkan perjalan. Destinasi hari kedua di Kota Banyuwangi adalah Taman Nasional Baluran, Pantai Bama, dan Hutan De'Jawatan. Kami melakukan perjalanan tersebut dengan motor yang telah kami sewa sebelumnya. Satu motor dikenakan biaya sewa 75rb. Kami menyewa dua motor dalam dua hari. Nanti untuk biaya lengkap akan dibahas di bagian akhir yah. Taman Nasional Baluran ini merupakan taman lindung yang masih asri. Beberapa orang mengatakan taman ini sepadan dengan savana Afrika. Kenapa? Karena savana luas terbentang dengan rusa, banteng, dan monyet sebagai penghuni aseli taman ini. Hal tersebut seolah-olah membawa pengunjung berada di alam liar Afrika. Nah saran untuk berlibur ke sini usahakan di musim-musim kemarau karena akan mendukung suasana yang lebih Afrika lagi. Taman Nasional Baluran tidak hanya menyajikan pandangan savana dan hutan saja. Semakin dalam pengunjung memasuki kawasan ini maka akan menemukan sebuah pantai.


Pantai Bama merupakan pantai berpasir putih yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Baluran. Pantai ini memiliki hutan bakau dan ombak yang tenang. Pohon bakau akan menjadi pemandangan yang akan sering ditemui. Selain itu, keberadaan tempat menginap pun disediakan di sini.


Dari Pantai Bama, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Hutan De'Jawatan menjadi destinasi berikutnya. Hutan ini merupakan cagar alam yang masih masuk ke dalam Perhutani. Destinasi ini sempat viral karena suasana hutan layaknya tempat hobit. Pohon-pohon tinggi dan tua menjadikan hutan ini sejuk dan tenang. Pengunjung diberikan kesempatan menikmati alam dengan menggunakan delman. Wahana lain seperti gocart pun disediakan sehingga pengunjung lebih leluasa lagi untuk menikmati alam ini.


Hari ketiga. Ini adalah hari terakhir kami di Banyuwangi. Namun, kami tidak sedikit pun membuang waktu kami begitu saja. Masih ada beberapa jam sebelum kepulang. Kami mencoba untuk mengunjungi Pantai Boom. Jarak pantai ini tidak terlalu jauh dari kota. Pantai Boom merupakan pantai yang berada di dekat pusat kota. Dulu pantai ini terkenal sebagai pantai pelelangan ikan. Tidak heran nelayan, perahu, dan bau ikan sering terlihat dan terasa. Bahkan pantai ini sudah sejak zaman penjajahan sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pantai Boom juga menjadi ikonik bagi Banyuwangi. Jembatan spiral yang ada di sini menjadi tempat yang sering jadi incaran pengunjung. Jembatan unik ini menarik karena bentuknya spiral. Berbeda dengan jembatan-jembatan pada umumnya.

Itulah perjalanan saya dan teman-teman saya di Banyuwangi. Semoga membantu teman-teman. Siapa tahu ada yang sedang berencana ke sana atau bahkan setelah membaca ini ingin ke Kawah Ijen juga. Selamat liburan!

You Might Also Like

1 comments

Like us on Facebook